LATAR
BELAKANG DAN TUJUAN KOMUNITAS LOPO TIMOR
Salam
Puah Manus,
1.
Komunitas:
Komunitas Lopo Timor
2.
Latar
Belakang dibentuknya Komunitas ini:
Pulau
Timor merupakan salah satu pulau yang terletak diwilayah di Nusa Tenggara Timur
yang didalamnya tersebar beberapa kabupaten diantaranya kabupaten Belu, Malaka,
Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Kabupaten Kupang dan Kota Kupang. Dalam
tata letak administrasi dan pemerintahan, wilayah Timor Tengah Utara (TTU) termasuk
dalam wilayah pemerintahan propinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki cakupan wilayah
pemerintahan yang cukup luas ± 2.669,7 km2dengan jumlah kecamatannya
25 kecamatan. Batasan wilayah
administrasi Kabupaten Timor Tengah Utara pada bagian Utara berbatasan langsung
dengan wilayah Timor Leste ( District Oeccusi, dan Selat Ombai), bagian selatan
berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan, bagian barat dengan Kabupaten
Kupang, dan bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Belu dan Malaka. Secara
umum pulau timor termasuk didalamnya kabupaten Timor tengah utara tergolong
beriklim Semi-arid dengan faktor pembatasnya yaitu curah hujan dengan
pemanfaatan lahan kering dalam menopang sistem pertanian lahan kering bagi
masyarakat diTimor. Keadaan geografis ini membuat masyarakat di TTU memiliki ragam
budaya kearifan lokal yang saling keterkaitan erat dengan kabupaten-kabupaten
di sekelilingnya.
Layaknya
sebuah kabupaten di negara berkembang lainnya, saat ini TTU juga sedang
melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan. Fasilitas umum misalnya
gedung sekolah baru, layanan kesehatan dan fasilitas umum lainnya juga mulai
dibangun pemerintah sebagai bukti berkembangnya kebutuhan masyarakat.
Tidak
dapat disangkal, seiring dengan mulai berkembangnya masyarkat TTU, ada
aspek-aspek kehidupan lainnya yang perlu mendapat perhatian. Berikut akan
diulas satu persatu.
a.
Budaya
TTU kaya akan
budaya. Walau secara umum, setiap daerah di TTU sedikit banyak memiliki budaya
yang relatif sama, jika diteliti lebih cermat, setiap daerah punya keunikan
budaya tersendiri. Mulai dari upacara-upacara adat (Peminangan, pernikahan,
upacara kematian), peninggalan barang antik, tarian, pakaian adat, bahasa
hingga tradisi adat yang berkaitan dengan mata pencaharian penduduk
(perladangan). Jika dicermati lebih jauh, budaya-budaya ini unik dengan caranya
sendiri, berbeda dengan keindahanya, dan
tentu saja indah dalam keberagamannya. Uniknya budaya-budaya ini, terasimilasi
dengan agama dan budaya peninggalan-peninggalan kolonial lain yang masih
melekat dalam diri masyarakat TTU.
b.
Pariwisata
Sudah bukan menjadi
rahasia umum, TTU dengan cakupan wilayahnya yang luas memiliki potensi
pariwisata yang luar biasa. Katakan saja suguhan exsotisme padang savana dan
alam yang asri menjanjikan ketedukan jiwa selain itu situs-situs bersejarah
yang masih terawat, ragam prosesi budaya baik adat dan agama yang masih
terpelihara hingga saat ini dan belum diketahui banyak orang.
c.
Pendidikan
Anugerah
keberagaman budaya dan pariwisata di atas merupakan suatu potensi yang
sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan kesejahteraan masyarakat. Namun,
tidak dapat disangkal, pendidikan sebagai salah satu pilar berkembangnya suatu
daerah merupakan salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian lebih.
Daerah-daerah pinggiran merupakan daerah yang, sayang sekali, berkaitan erat
dengan masalah ketidakmerataan layanan pendidikan. Kekurangan gedung, sumber
belajar, tenaga pendidik hingga akses merupakan beberapa dari banyak faktor
yang membuat pendidikan masih merupakan masalah mendasar yang perlu mendapatkan
tanggapan serius.
Level literasi
pun merupakan salah satu aspek yang perlu dikaji. Ini terlihat dari lama dan
level pendidikan serta keterbatasan sumber belajar (buku ataupun perpustakaan)
yang dibarengi dengan minat baca sebagai budaya postif dalam pendidikan yang
masih sangat rendah.
d.
Ekonomi, Sosial dan Politik
Tiga aspek ini,
bersama aspek-aspek lainnya, tentu tidak bisa dipisahlkan dalam pembahasan
sebagai bentuk saling keterkaitannya. Rendahnya kualitas pendidikan tentu
berpengaruh pada status sosial, ekonomi dan ketertarikan/keinginanan seseorang
untuk berpartispasi aktif dalam pengambilan kebijakan (politik) di suatu
daerah.
Ketimpangan
ekonomi sebagai bentuk dari kesenjangan sosial yang ada di TTU juga lumayan
tinggi. Hal ini terlihat dari perbedaan cara hidup dan kesempatan mendapatkan
akses yang berbeda antara mereka yang hidup di kota dan yang hidup di daerah
pinggiran. Hal ini juga berimbas pada kesadaran masyarakat untuk ikut
berpendapat tentang kebijakan politik di TTU. Sikap apatis masih bisa ditemui
di mana-dimana entah karena keterbatasan pemahaman politik (pendidikan yang
diperoleh), akses informasi hingga belum sadarnya seseorang akan pentingnya
partisipasi politik dalam suatu daerah.
e.
Kehutanan dan Pertanian
Sektor kehutanan
dan pertanian merupakan sektor penunjang pembangunan suatu daerah. Berada pada
daerah semi arid atau daerah kering terkadang kita berpasrah diri pada kodrat.
Pada sisi ini harus kita sadari bahwa exsotisme alam yang kita miliki inilah
yang memberikan warna kekhasandaerah kita dengan daerah lain dibangsa ini.
Katakan saja bahwa kawasan hutan diTimor merupakan perpaduan antara hutan
tropika kering dan tropika basah ada yang selalu hijau setia takun ada yang
sebatas musim-musim tertentu saja. Selain itu dalam praktek pemanfaatan lahan
masyarak suku dawan di TTU memiliki beragam kearifan lokal dalam mempertahankan
hidup dan berjuang melawan keterbasan
iklim dengan berupaya mengsinergitaskan antara alam, manusia dan ternak dalam
sebuah tradisi kuno yang terus terjaga hingga saat ini.
Sebuah filosofi kuno
yang diyakini masyarakat dawan di Timor bahwa “bumi layaknya tubuh manusia yang harus dilindungi dengan elemennya
yaitu tanah yang adalah daging, air yang adalah darah, hutan adalah pori-pori
atau urat nadi, dan batu adalah tulang”. Filosofi ini sangat dalam maknanya
dimana alam merupakan penyedia jasa lingkungan yang harus terus dijaga untuk
membangun suatu komunitas yang baik dalam mendukung pembangunan disegala sektor
yang berkelanjutan berdasarkan potensi yang dimiliki..
Melihat potensi
kekayaan budaya dan alam beserta problem sosial di atas, maka perlu adanya
perhatian dari putera-putera daerah untuk memberikan kontribusi positif bagi
TTU. Dewasa ini, sudah banyak putra-putra daerah yang diberikan kesempatan
khusus untuk menempuh pendidikan yang lebih baik yang kemudian diharapkan bisa
menjawab isu-isu sosial kemasyarakatan yang ada. Bekal ilmu yang
diperoleh merupakan potensi sumber daya manusia yang tentu saja bisa
berkontribusi bagi kemajuan daerah.
3.
Tujuan
Komunitas
Mempertimbangkan latar
belakang di atas, maka komunitas ini dibuat dengan tujuan untuk:
a) Sebagai
wadah pemersatu bagi putra-putri daerah untuk membangun komunikasi yang
sinergis untuk memberikan kontribusi postifi bagi pembangunan daerah.
b) Sebagai
wadah untuk membangun diskusi ilmiah di antara sesama putra putri daerah.
c) Diskusi-diskusi
ini pada akhirnya sebagai batu loncatan untuk membuat aksi-aksi sosial sebagai
sumbangan yang nyata bagi pembangunan daerah.
d) Sebagai
wadah untuk menyuarakan dan mengkritisi kebijakan ataupun masalah-masalah
sosial yang terjadi dewasa ini di daerah melalui tulisan-tulisan yang di-publish di media elektronik.
e) Sebagai
wadah promusi budaya dan pariwisata TTU melalui media elektronik.
|
Post a Comment